Infografis/ Low Tuck Kwong/ Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten batu bara milik salah satu orang terkaya di Indonesia Low Tuck Kwong, PT Bayan Resoruces Tbk (BYAN) mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 17,04% dari US$ 984,75 juta menjadi US$ 816,93 juta (Rp 12,25 triliun).
Mengutip laporan keuangannya, pendapatan usaha perseroan naik tipis sebesar 1,5% menjadi US$ 2,03 miliar (Rp 30,45 triliun) pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 2,00 miliar. Sehingga, laba periode berjalan turun menjadi US$ 762,44 juta sampai akhir Juni 2023.
Selain itu, BYAN juga mencatat penurunan liabilitas dari US$ 1,95 miliar menjadi US$ 765,77 juta. Penurunan terbesar melanda liabilitas jangka pendek dari US$ 1,83 miliar, dibandingkan semester I-2023 senilai US$ 649,63 juta.
Harta kekayaan konglomerat Low Tuck Kwong terus bertanbah. Melansir dari Forbes Real Time Billionaires, Senin (24/7/2023), harta kekayaan raja batu bara itu naik USD 408 juta menjadi US$ 26,7 miliar. Bahkan, kekayaannya menyalip Hartono bersaudara.
Saat ini, Low Tuck Kwong menjadi nomor satu di RI, dan peringkat ke-58 di dunia. Sementara, posisi Budi Hartono dalam pencarian orang terkaya di Indonesia dalam daftar tersebut berada di bawah Low Tuck Kwong.
Sebelumnya, pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Low Tuck Kwong kembali menambah kepemilikan sahamnya di perusahaan tambang tersebut.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), sosok yang merupakan orang terkaya kedua di Indonesia tersebut membeli saham BYAN sebanyak 305.100 lembar saham pada saat harga saham BYAN dibanderol Rp 17.281 per saham.
Artinya, Low Tuck Kwong merogoh kocek sebesar Rp 5,27 miliar. Transaksi dilakukan pada tanggal 10-14 dan 17-18 Juli 2023.
Adapun tujuan investasi dengan kepemilikan langsung," ujar Low Tuck Kwong lewat keterangan tertulis, dikutip Kamis, (20/7/2023).
Dengan demikian saham Low Tuck Kwong di saham BYAN menjadi 20.329.521.670 saham atau sebanyak 60,99%. Sebelumnya, ia mengempit 20.329.216.570.
Market - Romys Binekasri, CNBC Indonesia